Minggu, 08 Januari 2012

tugas 1_ 4ID02_30408151_Arief dwi rianto


TUGAS PERTAMA
NAMA                 : ARIEF DWI RIANTO
NPM                    : 30408151
KELAS                : 4 ID 02

1. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan, berasal dari bahasa apakah? Sebutkan pula artinya?
Jawab :
Kewirausahaan ialah mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis yang berarti perantara.Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya.

2. Apa yang dimaksud dengan wirausahawan, dan sebutkan tiga jenis perilakunya?
Jawab :
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Tiga jenis perilaku :
1. inisiatif yaitu
dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan.

2. organisasi dan reorganisasi mekanisme sosial/ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara praktis yaitu
 dimana seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3.resiko dan kegagalan yaitu
di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
3. Wirausahawan dunia modern muncul pertama kali di Inggris pada masa revolusi pada akhir abad ke 18. Apa yang menjadi kunci penting seorang wirausahawan? Sebutkan Karakteristiknya menurut Mc Clelland dan karakteristiknya yang sukses dengan n Ach tinggi ?
Jawab :
Karakteristik Wirausahawan Menurut McClelland :
1.    Keinginan untuk berprestasi yaitu
pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah, hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
4. Persepsi kepada kemungkinan berhasil, selalu bersikap optimis bahwa usaha yang dijalankannya akan sealu berhasil dan membawa keuntungan.
5. Rangsangan oleh umpan balik, cepat tanggap akan situasi yang ada
6. Aktivitas energik, Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
7. Orientasi ke masa depan, Memiliki visi dan tujuan yang jelas.Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
8. Keterampilan dalam pengorganisasian, mempunyai kemampuan dalam hal organisasi untuk mengembangkan usahanya.
9. Sikap terhadap uang, selalu bisa memanfaatkan uang yang di dapat untuk mengembangkan usahanya.
4. Sebutkan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut Mc Clelland, dan berikanlah contoh masing-masing ?
Jawab :
3 kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut McClelland yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n Ach), kebutuhan berafiliasi (n Afill) dan kebutuhan untuk berkuasa (n Pow)
5. Sebutkanlah sumber-sumber gagasan dalam identifikasi peluang usaha baru ?
Jawab :
• Konsumen:
• Perusahaan yang telah ada
• Saluran distribusi
• Pemerintah
• Penelitian dan pengembangan

0 komentar:

Poskan Komentar


mengetahui perhitungan luas lantai


Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan. Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya. Perhitungan luas lantai perlu diperhatikan mengenai gang. Penentuan besarnya gang dipengaruhi oleh ukuran faktor manusia, peralatan atau mesin dan bahan baku yang digunakan.
Menghitung luas lantai produksi, maka informasi yang diperlukan adalah nama peralatan atau mesin yang dipakai, jumlah mesin peralatan yang sesuai dengan yang terdapat pada routing sheet, dan ukuran peralatan atau mesin yang dipakai. Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi yang meliputi :
1.      Gudang bahan baku, yaitu gudang bahan model tumpukan dan rak.
2.      Fabrikasi dan perakitan, yaitu mesin dan peralatan.
3.      Gudang bahan jadi.
Melakukan suatu perencanaan Tata Letak Fasilitas dan pemindahan bahan, dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian perlu dihitung berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi. Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan.

2.1       Luas Lantai  Gudang Bahan Baku (Receiving)
Luas lantai gudang bahan baku (Receiving) adalah luas lantai yang dipergunakan untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan digunakan dalam produksi. Luas lantai gudang bahan baku terbagi menjadi dua model, yaitu model Tumpukan dan model Rak. Untuk memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku digudang, maaka diperlukan gambar bagaimana cara penyimpanan material tersebut (baik model Tumpukan maupun model Rak), sehingga luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil perhitungan. Ruangan gambar yang dibuat harus memberi penjelasan mengenai:
1.      Tinggi memuat berapa tumpuk
2.      Lebar memuat berapa tumpuk
3.      Panjang memuat berapa tumpuk

2.1.1                    Model Tumpukan
Kode, Nama Komponen, Tipe Bahan, Ukuran Pakai dan Ukuran Terima dapat dilihat dari deskripsi OPC.
1.      Potongan Material = Ukuran Terima (P)/Ukuran Pakai (P).
2.      Menentukan Produksi/Jam, yaitu dilihat dari Routing Sheet DS-nya
3.      Material/jam = Produksi per jam potongan material.
4.      Material 10 hari = Material per jam x 10 hari x 8 jam kerja.
5.      Menghitung Volume Unit dari ukuran terima (D x P).
6.      Volume Kebutuhan = Vol. Unit x Material 10 hari.
7.      Menentukan tumpukan bahan baku dengan memperhitungkan jumlah material 10 hari dan ukuran terima tinggi maksimum adalah 2,0 m..
8.      Luas Lantai = Luas Lantai + Total Allowance

2.1.2        Model Rak
Kode, Nama Komponen, Tipe Bahan, Ukuran Pakai dan Ukuran Terima dapat dilihat dari deskripsi OPC.
1.      Potongan Material = Ukuran Terima (P)/Ukuran Pakai (P).
2.      Menentukan Produksi/Jam, yaitu dilihat dari Routing Sheet DS-nya.
3.      Material/jam = Produksi per jam potongan material.
4.      Material 10 hari = Material per jam x 10 hari x 8 jam kerja.
5.      Menghitung Volume Unit dari ukuran terima (P x L x T).
6.      Volume Kebutuhan = Vol. Unit x Material 10 hari.
7.      Menentukan tumpukan bahan baku dengan memperhitungkan jumlah material 10 hari dan ukuran terima tinggi maksimum adalah 2,0 m.
8.      Luas Lantai = Luas Lantai + Total Allowance

2.2       Fabrikasi dan Perakitan
Luas lantai mesin (Pabrikasi dan Assembling) juga perlu perhitungan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai antara lain adalah:
1.      Nama Mesin atau Peralatan
2.      Jumlah Mesin atau Peralatan
3.      Ukuran Mesin atau Peralatan
Pada luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowancenya. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, dan luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang.

2.3       Luas Lantai Mesin
Luas lantai mesin (pabrikasi dan assembling) juga perlu diperhitungkan
dalam perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan. Data yang
diperlukan dalam perhitungan luas lantai ini antara lain adalah:
1. Nama mesin/peralatan
2. Jumlah peralatan
3. Ukuran Peralatan
Data ini dapat diperoleh dari Multi Product Process Chart (MPPC), Pada luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowance. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang


2.3.1    Luas Lantai Mesin Departemen Pabrikasi
Pembuatan produk dilakukan pembuatan Lay Out pabrik dengan tipe Lay Out by Product maka departemen akan diposisikan sesuai dengan komponen pembentuknya, yaitu produknya. Dalam melakukan perhitungan luas lantai departemen pabrikasi ini maka diperlukan data mentah berupa luas masing-masing jenis mesin dan jumlah mesin yang dipergunakan.
Mesin yang digunakan dalam proses pabrikasi haruslah dikelompokkan kedalam departemen pabrikasi dan pada departemen pabrikasi ini juga dikelompokan mesin-mesin yang sejenis, karena tipe Lay Out yang digunakan adalah Lay Out by Process.

2.3.2                                             Luas Lantai Mesin Departemen Assembling
Departemen assembling pada pembuatan produk ini berisikan semua mesin yang digunakan dalam kegiatan assembling (perakitan). Begitu pula pada departemen ini, semua mesin yang sejenis dikelompokan kedalam satu area tertentu.

2.4.      Luas Lantai Shipping (Gudang Bahan Jadi)
Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang jadi (shipping) adalah: nomor komponen, nama komponen, dan tipe barang jadi. Langkah-langkah perhitungan luas lantai barang jadi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan ukuran kemasan yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan untuk
     tempat produk jadi perusahaan.
2. Tentukan produk jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk
     periode tertentu, berdasarkan produk per jam dari perusahaan.
3. Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi
     per periode tertentu.
4. Tentukan luas lantai yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume
     kemasan.
5. Tentukan allowance.
6. Tentukan total luas lantai

2.4.1    Luas Lantai Perkantoran
Dalam perhitungan luas perkantoran terlebih dahulu harus diketahui bagian-bagian dari perkantoran dan pelayanan pabrik, yaitu:
1.      Bagian umum merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik, misalnya Tool Room (tempat penyimpanan peralatan), Tool Crib (tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan yang rusak), ruang rapat, ruang tunggu dan sebagainya.
2.      Bagian produksi merupakan bagian yang melayani organisasi produksi, misalnya Teknik Industri (standar kerja, metode, material handling, proses), quality control (Receiving, In Process, Finished Good), Plann Engineering.
3.      Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau menangani kebutuhan orang. Misalnya fasilitas kesehatan, kantin, WC, daerah rekreasi atau taman, lapangan parkir, telepon umum dan lain-lain.
4.      Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas fisik bangunan, peralatan, utilitas, dan sebagainya. Misalnya fasilitas pemasaran, pembangkit tenaga, garasi, pemadam kebakaran, bengkel peralatan dan sebagainya.

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun perkantoran adalah:
1.      Departemen yang berhubungan ditempatkan berdekatan satu sama lain.
2.      Lebar lorong minimal 0.9 meter.
3.      Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan dasar departementasi.
4.      Tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4.5 s/d 25 m2.
5.      Cahaya yang  datang dari kiri dan atau dari belakang lebih baik.
6.      Bila pekerja duduk harus duduk saling membelakangi maka harus dipisahkan minimal melebar 1 meter diantara kursi.

Persyaratan umum dalam menyusun fasilitas perkantoran adalah:
1.      Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efisien daripada sejumlah ruangan-ruangan kecil dengan luas yang sama, karena memudahkan pengawasan, komunikasi lebih lancar, cahaya dan ventilasi bisa lebih baik.
2.      Jarak meja dengan kursi minimal 45cm.
3.      Jarak antar meja dengan meja atau dengan tembok berkisar antara 60 sampai dengan 90cm.
4.      Untuk menghindari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan mesin stensil sebaliknya terpisah.

Ketentuan khusus dalam menentukan luas lantai perkantoran adalah sebagai berikut:
1.      Kondisi ideal untuk perbandingan tenaga kerja tak langsung dengan tenaga kerja langsung berkisar antar 1 : 6 sampai 1 : 10. untuk ukuran luas lantai, pada level organisasi pertama 5 x 5 m, level organisasi keempat dalam satu ruangan dengan luas per orang 2 x 2 m.
2.      Besar luas perkantoran menentukan tiga faktor keleluasaan dan kenyamanan gerak karyawan dalam melakukan aktivitasnya.

Senin, 02 Januari 2012

bab 2 opc , apc dan bom


BAB II
OPC, APC, STRUCKTUR PRODUK DAN BILL OF MATERIAL (BOM)


2.1       Pengertian OPC, APC, Strucktur Produk dan BOM
Peta proses operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai alat manajemen. Peta proses operasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah:        
1.      Menentukan kebutuhan operator.
2.      Mengetahui kebutuhan tiap komponen.
3.      Alat untuk menentukan tata letak fasilitas.
4.      Alat untuk menentukan perbaikan cara kerja.
5.      Alat untuk latihan kerja.
(Sutalaksana,2003)
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat di antaranya:
1.        Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
2.        Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efesiensi di tiap operasi atau pemeriksaan).
3.        Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
4.        Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
6.        Sebagai alat untuk pelatihan kerja.
7.        Dan lain-lain.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan agar diperoleh suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu analisa terhadap bahan-bahan, operasi, pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses. Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Bahan-bahan
            Bahan-bahan yang harus dipertimbangkan dalam bahan yang digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fungsi, reliabilitas, pelayanan dan waktunya.
2.    Operasi
            Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif yang mungkin untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan. Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan, menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang terjadi.
3.    Pemeriksaan
            Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas. Suatu objek  dikatakan memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar ternyata lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknik sampling atau satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya cara terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.
4.    Waktu
Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita mempertimbangkan semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan perlengkapan-perlengkapan khusus.
(http://salarea.blogspot.com/2010/02/peta-proses-operasi.html)
Struktur produk atau bill of materials didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat perakitan, kemudian perakitan bergabung bersama perakitan dan seterusnya sampai produk akhir. (Gaspersz ,2002)
Seringkali untuk keperluan peramalan dan perencanaan digunakan pendekatan terhadap struktur produk atau bill of material sehingga dikenal adanya masa depan bill of material. Metode masa depan bill of material ini mengijinkan perencana untuk memenuhi tujuan-tujuan operasi maupun non operasional yang lain. Biasanya pendekatan terhadap bill of material akan efektif apabila terdapat perubahan proses yang meningkat dan lingkungan yang kompetitif serta dinamik. Bill of material didefinisikan sebagai suatu pengelompokkan artifisial dari item-item atau kejadian-kejadian dalam format bill of material. Dipergunakan untuk memudahkan dalam penjadwalan produksi induk (JIP) atau Material Requirement Planning.
Bill of material tidak menggambarkan produk aktual yang akan dibuat, tetapi menggambarkan pseudo product atau composite Product yang diciptakan untuk memudahkan dan meningkatkan akurasi peramalan penjualan, mengurangi jumlah end items, membuat proses perencanaan dan penjadwalan secara akurat, menyederhanakan pemasukan pesanan perlangkah, menciptakan sistem pemeliharaan dan penyimpanan data yang efesien dan fleksibel, serta melakukan penjadwalan dua tingkat.
Jenis BOM yang dipakai untuk keperluan perencanaan ini sering disebut sebagai planning bill of materials atau sering disingkat sebagai planning bill, yang dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu yang pertama adalah planning bill dan yang kedua ialah modular bill.
Alat untuk peta proses perakitan  merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. peta proses perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut: (Sutalaksana,1979),          
1.     Menentukan kebutuhan operator
2.      Mengetahui kebutuhan tiap komponen
3.      Alat untuk menentukan tata letak fasilitas
4.      Alat untuk menentukan perbaikan cara kerja
5.      Alat untuk latihan kerja.  
2.1.1    Prinsip-prinsip pembuatan Peta Proses Operasi
            Untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan baik, beberapa pokok berikut ini perlu diperhatikan:
1.        Pada baris paling atas, pada bagian “kepala” ditulis jelas jenis peta, yaitu peta proses operasi atau peta proses perakitan yang diikuti oleh identiifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, apakah itu memetakan keadaan sekarang atau yang diusulkan, nomor peta dan nomer gambar.
2.        Material yang akan diproses dinyatakan tepatdi atas garis horizontal yang sesuai, yang menunjukan ke dalam urutan-urutan tempat material tersebut kemudian diproses.
3.        Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, dari atas ke bawah sesuai urutan-urutan prosesnya.
4.        Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi terkait.
5.        Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
(Sutalaksana,2003)

2.1.2    Menghitung Waktu Siklus, Waktu Baku dan Waktu Normal
Hal yang terakhir dilakukan adalah menghitung waktu baku. Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran
 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.1)
Dimana Xi dan N menunjukan arti yang sama dengan yang telah dibahas sebelumnya.

                                                . . . . . . . . . . . . . . . .(2.2)    
dimana,        
p = faktor penyesuaian
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah :

                                        . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
dimana,                                                                              
l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk  menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.

2.2       Pembahasan
            Pada modul ini dibahas tentang pembuatan peta proses operasi, peta proses perakitan, struktur produk dan bill of material. Hal berdasarkan proses perakitan bangku restoran.

Tabel 2.1 Komponen Utama
No. Komp
Nama komponen
Komp Assy
Tipe
Ukuran pakai
Ukuran terima
Berat
Harga/unit
(cm)
(cm)
(Kg)
(Rp)
(p x l x t)
(p x l x t)


001
Papan
1
Jati Belanda
45x43
45x50
0.5
20.000
002
Kaki Depan
2
Jati Belanda
4x5x55
4x5x100
0.5
10.000
003
Kaki Belakang
2
Jati Belanda
4x5x88
4x5x100
0.5
10.000
004
Sandaran
1
Jati Belanda
30x8
45x10
1
2000
005
Galaran
4
Jati Belanda
39x8
45x10
0.3
2000
006
Rangka
3
Jati Belanda
4x2,5x39
4x2.5x50
0.3
2500




Tabel 2.2 Komponen Tambahan
No. Komp
Nama komponen
Vol ass
Tipe
Ukuran Kemasan
Unit tersedia
Berat
Harga/unit
(Kg)
(Rp.)
007
Paku
 20/25
Besi
7 cm
25
 0.5
500 
008
Lem Kayu (Fox)
0,167/0,5 
Cair
0,5 kg
0,5
0,167 
4000 
009
Pernis
0,25/1
Cair
1 kg
1
0,25
2250

Tabel 2.3 Mesin-Mesin
No. Komp
Nama Mesin
Ukuran
Allowance
Toleransi Bahan


F001
Meja fabrikasi
2x1
100%
100%

F002
Mesin potong
2x1
100%
100%

F003
Mesin Serut
2x1
100%
100%

F004
Mesin bor
2x1
100%
100%

ASSEMBLING

A01
Meja Assembling
2x1
100%
100%


2.2.1    Pengukuran Waktu Kerja Peta Proses Operasi
Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu (Nurmianto, 2003).
            Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan atau bahan-bahan dalam urutannya sejak awal pengerjaan hingga menjadi sebuah produk jadi maupun sebagai bagian dari setengah jadi.

Gambar 2.1 Peta Proses Operasi

2.2.2    Peta Proses Perakitan
            Peta proses perakitan merupakan peta yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut atau elemen-elemen operasi secara detail. Jadi pada peta ini menggambarkan proses pembuatan suatu produk mulai dari bahan baku menjadi produk akhir.

Gambar 2.2 Peta Proses Perakitan
2.2.3    Data-Data Komponen (Utama & Tambahan)
Tabel 2.4 Data-Data Simbol Komponen
NO
NAMA KOMPONEN
SIMBOL
KUANTITAS
1
Papan
P
1
2
Kaki Depan
KD
2
3
Kaki Belakang
KB
2
4
Sandaran
S
1
5
Galaran
G
4
6
Rangka
R
3
2.2.3.1 Data Pencatatan Waktu Perakitan (detik)
Tabel 2.5 Data pencatatan waktu perakitan
NO
NAMA KOMPONEN
PERAKITAN
KUANTITAS
I
II
III
1
Papan + Kaki Depan (Perakitan 1)
4
3
3
3
2
Perakitan 1 + Kaki Belakang (Perakitan 2)
5
7
6
3
3
Perakitan 2 + Sandaran (Perakitan 3)
3
5
5
3
4
Perakitan 3 + Galaran (Perakitan 4)
9
8
9
3
5
Perakitan 4 + Rangka (Perakitan 5)
6
5
5
3
TOTAL
29
28
28
3

Diketahui:
-          Performance Rating (PR) = 100% = 1
(diasumsikan, perakit akan merakit secara wajar/normal & dalam kondisi terbaik saat itu)
-          Allowance (l) = 20% = 0,2
(diasumsikan perakit memerlukan waktu untuk menyusun komponen-komponen produk yang akan dirakit)
 Rangkuman Waktu Perakitan (menit)
-          Waktu Siklus (WS) :  = 120 menit
-          Waktu Normal (WN) : WS x PR = 120 menit
-          Waktu Baku (WB) : WN x (1 + l) = 144 menit
2.2.4    Struktur Produk
Struktur produk merupakan gambaran proses penggabungan komponen utama dan tambahan sebagai produk jadi, dimana terdapat level atau tingkatan. Struktur produk dibagi menjadi 2, yaitu struktur produk jenis exploition dan struktur produk jenis imploition.
Struktur produk jenis exploition merupakan struktur produk yang dibuat mulai dari induk ke komponen, maksudnya struktur yang menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari produk akhir ke komponen-komponen penyusunnya.
Struktur produk jenis imploition tidak jauh berbeda dengan Struktur produk jenis exploition. Struktur produk jenis exploition struktur yang menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari komponen-komponen penyusunnya ke produk akhir.

Gambar 2.3 Struktur Produk Explotion Kursi Restoran


Gambar 3 Struktur Produk Implotion Kursi Restoran


2.2.5    Bill of Material (BOM)
Bill of material mempunyai kesamaan dengan struktur material, hanya saja bill of material berbentuk tabel. Pengertian dari bill of material itu sendiri yaitu sebagai cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses strucktur manufackturing.
BOM untuk struktur produk exploition merupakan gambaran dalam bentuk tabel dari bagan struktur produk exploition sebelumnya. Berikut ini bentuk dari struktur produk exploition


Tabel 2.6 bill of material pada struktur produk explosion
No.
Level
Kode
Deskripsi
Quantity
1
0
KR
Kursi Restaurant
1
2
1
R
Rangka
3
3
2
G
Galaran
4
4
3
S
Sandaran
1
5
4
KB
Kaki Belakang
2
6
5
KD
Kaki Depan
2
7
5
P
Papan
1
8
1,2,3,4,5
PK
Paku
20

Tabel 2.7 bill of material pada struktur produk implotion
No.
Level
Kode
Deskripsi
Quantity
1
5
P
Papan
1
2
5
KD
Kaki Depan
2
3
4
KB
Kaki Belakang
2
4
3
S
Sandaran
1
5
2
G
Galaran
4
6
1
R
Rangka
3
7
0
KR
Kursi Restaurant
1
8
0,1,2,3,4
PK
Paku
20